Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Inspirasi: Lukas 13: 1-9

Posted by admin on October 21, 2016
Posted in renungan 

Sabtu, 22 Oktober 2016

Inspirasi: Lukas 13: 1-9

13:1 Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus r dengan darah korban yang mereka persembahkan. 13:2 Yesus menjawab mereka: “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? s 13:3 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.13:4 Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, t lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? 13:5 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, u kamu semua akan binasa atas cara demikian.”13:6 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. v 13:7 Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah w pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! 13:8 Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, 13:9 mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!”

Refleksi: Setiap kita mempunyai bakat dan talenta yang mesti kita kembangkan. Kita diperlengkapi dengan pelbagai macam kebijaksanaan dan kecerdasan untuk bertahan dalam hidup kita. Hal-hal tersebut mesti dimanfaatkan seefektif mungkin bagi kebaikan kita dan juga kebaikan saudara-saudara kita. Tuhan Yesus ingin supaya kita berbuah dan berbuah makin banyak dan banyak. Dia menyelamatkan dan menebus kita supaya kita juga bisa menjadi penyelamat bagi sesama kita.

Sambil mengembangkan buah-buah yang baik dalam kehidupan kita, kita mesti pula senantiasa ingat bahwa kadang-kadang kita memiliki pelbagai macam kelemahan dan kekhilafan yang mesti kita insafi dan perbaiki. Seruan pertobatan yang Yesus nyaringkan dalam injil hari ini adalah sebuah ajakan bagi kita untuk menerus-menerus mengoreksi dan memperbaiki diri, membenahi setiap ketidakberesan dalam diri. Adalah sebuah kecenderungan dalam diri kita manusia untuk lebih banyak menilai dan menghakimi orang lain. Tentu hal ini bukan perkara baru. Namun, yang paling utama bagi kita sebagai pengikut Kristus adalah memperbaiki diri sebisa mungkin.

Mari kita bertanggung jawab atas semua tindakan-tindakan kita. Kalau kita memang salah, jangan ragu dan malu menyatakan bahwa kita salah. Jangan membiarkan setiap kecenderungan negatif dalam diri kita menghantar kita kepada kejatuhan moral dan pemerosotan nurani. Yesus mengingatkan kita bahwa dosa yang diulang terus-menerus akan sangat menggerus kesehatan mental dan spirital kita. Ia sepertik kanker yang menggerogoti hati nurani kita dan merusak setiap daya pertimbangan akal sehat. Kita sudah ditebus dengan darah Kristus yang sangat mahal. Kita adalah anak-anak Allah yang mahal. Tuhan menanti kita. Tuhan menebus kita. Dia tidak mau kita jatuh ke dalam perangkap dosa yang membuat kita malu terhadap diri sendiri. Mari berjuang dan bangkit terus-menerus walaupun kadang-kadang kita jatuh dan jatuh lagi. Kemuliaan seorang pengikut Kristus tidak terletak pada

kesempurnaan namun pada keberanian dan keteguhan untuk bangkit kembali ketika tersandung dan jatuh.

INSPIRASI: Lukas 12: 54-59 12:54

Posted by admin on October 20, 2016
Posted in renungan 

Jumat, 21 Oktober 2016

INSPIRASI: Lukas 12: 54-59 12:54

Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. 12:55 Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. 12:56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? 12:57 Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? 12:58 Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. p 12:59 Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

REFLEKSI: Sekarang zaman semakin modern. Sekian banyak perubahan dalan dunia kadang-kadang membuat pikiran kita bingung dan hati kita gundah. Kita melihat bagaimana perubahan pola tingkah anak-anak kita, para remaja dan anak muda yang semakin berubah. Kadang-kadang kita bingung ketika kita bertanya mereka menjawab:It’s cool, Mom… It’s pretty good, Dad. Kita bingung ketika mereka bilang ini gaul, ini oke, ini mantap. Dalam pandangan kita, wah ini berlebihan. Ini keterlaluan. Ini nggak afdol tetapi untuk mereka, tidak ada yang jadi masalah. Segala sesuatu baik adanya.

Pertanyaan bagi kita? Seberapa bagus kita membaca dan mengenal tanda-tanda zaman. Apakah kita mampu secara akurat dan tepat membaca tanda zaman? Apakah kita mampu memahami tanda-tanda perubahan zaman, perubahan pola tingkah kaum muda modern dengan pikiran yang sehat dan hati yang jernih? Mari kita berkaca pada apa yang Yesus sampaikan dalam injil hari ini. Kita semua dipanggil untuk mengabdi kepada kebenaran. Kebenaran itu tidak selalu manis dan lezat. Kadang-kadang kebenaran itu pahit dan penuh derita.

Yesus menuntun kita untuk membaca tanda-tanda zaman secara benar. Kita perlu menyelami lebih dalam setiap akar persoalan yang terjadi di sekitar kita, dalam negara kita dan dalam masyarakat kita. Membaca tanda-tanda zaman terwujud nyata secara praktis ketika kita senantiasa berhati-hati dalam memberikan pendapat dan opini. Membaca tanda-tanda zaman terwujud ketika kita tidak asal “SHARE” status di akun “FACEBOOK” segala macam berita yang kita baca sambil lalu tanpa mengecek benar tidaknya sebuah berita, tanpa memikirkan risiko dan konsekuensi dari status kita. Membaca tanda zaman secara tepat berarti membiarkan diri dituntun oleh Tuhan dalam arah yang benar dan tepat, membiarkan diri dituntun dalam semangat cinta kasih dan harmoni, dalam spirit merangkul dan membebaskan.

Satu hal yang pasti ketika kita ingin membaca tanda-tanda zaman adalah bahwa kita mesti digerakkan oleh cinta dan kepekaan kepada kebenaran. Mencintai dan menemukan kebenaran adalah tugas harian kita ketika berenang dalam riak arus zaman yang kadang tidak bersahabat. Dengan kunci cinta dan kebenaran, kita sadar bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai kita sampai kapanpun. Semoga kita semakin pandai dan bijak membaca tanda-tanda zaman.

Inspirasi: Lukas 12:49-53

Posted by admin on October 19, 2016
Posted in renungan 

Kamis, 20 Oktober 2016

Inspirasi: Lukas 12:49-53

12:49 “Aku datang untuk menimbulkan kebakaran di bumi ini. Alangkah baiknya kalau apinya sudah menyala! 12:50 Masih ada penderitaan hebat yang harus Aku jalani. Dan hati-Ku gelisah sekali sebelum itu terlaksana. 12:51 Apakah kalian sangka Aku datang untuk membawa perdamaian ke dunia? Tidak, bukan perdamaian, melainkan perlawanan. 12:52 Mulai dari sekarang, keluarga yang terdiri dari lima orang akan bertentangan, tiga lawan dua, atau dua lawan tiga. 12:53 Bapak akan melawan anaknya yang laki-laki dan anak laki-laki akan melawan bapaknya. Ibu melawan anaknya yang perempuan dan anak perempuan melawan ibunya. Ibu mertua akan melawan menantunya yang perempuan dan menantu perempuan akan melawan ibu mertuanya.”

Meditation: Kita tentu tertantang dengan pernyataan Yesus yang penuh kontroversi dalam injil hari ini. Aku datang untuk membawa api dan betapa aku berharap bahwa api itu terus menyala. Apakah kita juga mau menjadi bagian dari api tersebut? Yesus mengejutkan murid-murid-Nya ketika ia menyatakan bahwa dia datang untuk melemparkan api ke dalam dunia dan membawa perpecahan. Api macam apa yang Yesus mau katakan?

Api sering kali dilihat sebagai pralambang kehadiran Allah dalam dunia dan kehidupan umat-Nya. Kita ingat bagaimana Allah mewahyukan diri kepada Musa lewat lidah-lidah api. Tuhan memastikan kehadiran dan perlindungan-Nya yang tak berkesudahan kepada orang Ibrani selama 40 tahun lewat hadirnya tiang api di waktu malam dan tiang awan di waktu siang. Penggambaran api juga digunakan sebagai tanda kemuliaan Allah (Yehezkiel 1: 4, 13) dan pengudusan, perlindungan Allah yang tetap serta pengadilan Allah. Kita perlu pula ingat bahwa api adalah lambang kehadiran Roh Kudus. Yesus membaptis dengan Roh Kudus dan api. Allah dalam perjanjian lama dan perjanjian baru memurnikan dan menyucikan dengan api.

Lalu mengapa api yang membawa pemisahan? Perumpamaan atau tepatnya hiperbola yang Yesus sampaikan dalam injil hari ini menunjukkan pada satu pelajaran hidup yang sangat penting. Yesus menekankan bahwa pesan injil mengandung sebuah konsekuensi yang sangat serius dalam kehidupan kita. Kehidupan orang katolik bukanlah sebuah kehidupan yang suam-suam kuku, yang tak berpendirian, yang hitam-putih alias abu-abu. Menjadi orang Kristen sejati berarti berani mengatakan kebenaran secara jelas dan jujur, tanpa pretensi. Esensi dari kekatolikan kita adalah loyalitas/ kesetiaan kepada Kristus sebagai JALAN, KEBENARAN DAN HIDUP, sebuah kesetiaan yang kadang-kadang harus berseberangan dengan kebanyakan orang, bahkan sering terjadi dengan keluarga sendiri. Risiko dari mengatakan kebenaran itu tidak pernah mudah. Itu bagaikan menyulut api ke dalam satu sistem yang serba mendiamkan kejahatan dan kelatahan. Kalau tidak percaya, coba anda tanyakan kepada Jokowi dan Ahok. Kita dipanggil untuk menjadi api yang memurnikan setiap kebenaran menjadi emas bermutu dan menghanguskan setiap kepalsuan dan kejahatan menjadi arang. Dan itu tidak enteng. Sarat akan risiko. Penuh dengan duri. Tidak pernah mudah menjadi api yang terus bernyala di tengah pelbagai kegelapan dunia, ketika angin bisa menghampiri secara sepoi-sepoi memabukkan atau secara keras dan kasar hendak mematikan nyala tersebut.

Jangan patah arang dan jangan hilang harapan. Tuhan Yesus, api inspirasi kehidupan kita sudah membuka jalan kebenaran bagi kita. Untuk kita, api itu tetap menyala. Mungkin saat ini kita ragu dan gundah. Mungkin saat ini api kita redup dan nyalanya ragu. Jangan berkecil hati. Terus menjadi api kebenaran. Teruslah menyuarakan kebenaran. Kebenaran itu kadang-kadang pahit dan getir namun siapa yang mengabdi pada kebenaran, ia tidak pernah akan menjadi hamba untuk selama-lamanya. Mengabdi kepada Yesus sumber kebenaran sama dengan menjadi pemenang dalam dunia. Amin.

Inspirasi: LUKAS 12:39-48

Posted by admin on October 18, 2016
Posted in renungan 

Rabu, 19 Oktober 2016

Inspirasi: LUKAS 12:39-48

12:39 Ingatlah ini! Seandainya tuan rumah tahu jam berapa pencuri akan datang, ia akan menjaga supaya pencuri tidak masuk ke dalam rumahnya. 12:40 Sebab itu kalian juga harus bersiap-siap, karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tidak kalian sangka-sangka.” 12:41 “Tuhan, apakah pelajaran itu Tuhan tujukan kepada kami atau kepada semua orang?” tanya Petrus. 12:42 Tuhan menjawab, “Siapa pelayan yang setia dan bijaksana sehingga diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas pelayan-pelayan lain supaya ia memberi mereka makan pada waktunya? 12:43 Alangkah bahagianya pelayan itu apabila tuannya kembali dan mendapati dia sedang melakukan tugasnya! 12:44 Percayalah: Tuan itu akan mempercayakan segala hartanya kepada pelayan itu. 12:45 Tetapi kalau pelayan itu berkata dalam hatinya, ‘Tuan saya masih lama baru kembali,’ lalu ia memukul semua pelayan dan makan minum sampai mabuk, 12:46 maka tuannya akan kembali pada hari dan jam yang tidak disangka-sangka. Dan pelayan itu akan dihajar habis-habisan oleh tuannya serta dijadikan senasib dengan orang-orang yang tidak taat kepada Allah. 12:47 Pelayan yang tahu kemauan tuannya, tetapi tidak bersiap-siap dan tidak melakukan kehendak tuannya itu, akan dicambuk dengan keras. 12:48 Tetapi pelayan yang tidak tahu kemauan tuannya, kemudian melakukan sesuatu yang salah sehingga harus dicambuk, akan dicambuk dengan ringan saja. Sebab orang yang sudah diberi banyak, daripadanya akan dituntut banyak juga. Dan orang yang sudah dipercayakan banyak, daripadanya akan dituntut banyak pula.”

Refleksi:

Dua perumpamaan sederhana dari cerita Injil hari ini membuka mata hati kita tentang betapa mendesaknya menanti Tuhan dengan hati yang penuh kesiapan dan dengan sikap iman yang takwa dan tahu berterima kasih.

Kejahatan senantiasa mengintai dalam kehidupan kita. Dan kejahatan itu bisa berasal dari luar tetapi juga berasal dari hati kita sendiri. Selama kita hidup, kita akan berjuang untuk membiarkan hati kita menuntun kita berjalan pada jalan yang benar atau membiarkan hati kita dipengaruhi oleh bujukan-bujukan yang sifatnya jahat dan tersamar, penuh dengan pengelabuan untuk turut kehendak sendiri dan menyimpang dari jalan Tuhan. Yesus mengajak kita untuk tetap berjaga-jaga karena kejahatan dapat memangsa kita di kala kita lengah. Yesus mengingatkan kita karena Dia tahu betapa kejahatan bisa tampil dalam wajah yang serba manis dan penuh kenikmatan. Yesus sendiri tahu bagaimana sesungguhnya wajah kejahatan karena dia pernah dicoba tiga kali di padang gurun, karena dia pernah jatuh tiga kali di bawah kaki salib yang berat. Dalam saat-saat yang penuh cobaan dan tantangan, di sanalah kita diuji dan ditempa, apakah kita kuat untuk berkata tidak kepada kejahatan ataukah kita takluk dan tunduk di hadapannya.

Hal yang paling utama untuk diingat dan dicamkan adalah bahwa Tuhan tidak pernah pergi meninggalkan kita. Dia senantiasa menjaga dan menyertai kita. Dia selalu setia meskipun kadang kita tidak setia. Dia mencari kita sekalipun kita sering kali tidak membiarkan diri dicari oleh Tuhan. Mari kita belajar dari Guru Agung kita Yesus Kristus. Kita tidak sempurna. Kadang kita terantuk dan jatuh. Namun sebagaimanan Yesus dicoba dan Dia tetap bertahan, sebagaimana Yesus jatuh dan Dia bangkit kembali, mari kita belajar perlahan-lahan untuk menjadi sempurna dalam hal-hal yang sepele, kecil dan sederhana. Kalau kita jatuh jangan putus asa. Bangun lagi dan terus berusaha meneladani Kristus. Amin.

Inspirasi: Lukas 10: 1-9

Posted by admin on October 17, 2016
Posted in renungan 

Selasa, 18 Oktober 2016

Inspirasi: Lukas 10: 1-9

10:1 Setelah itu Tuhan memilih tujuh puluh pengikut lagi, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului Dia ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. 10:2 “Hasil yang akan dituai banyak,” kata-Nya kepada mereka, “tetapi pekerja untuk menuainya hanya sedikit. Sebab itu, mintalah kepada Pemilik ladang supaya Ia mengirimkan pekerja untuk menuai hasil tanaman-Nya. 10:3 Nah, berangkatlah! Aku mengutus kalian seperti domba ke tengah-tengah serigala. 10:4 Jangan membawa dompet atau kantong sedekah, ataupun sepatu. Jangan berhenti di tengah jalan untuk memberi salam kepada seorangpun juga. 10:5 Kalau kalian masuk sebuah rumah, katakanlah lebih dahulu, ‘Semoga sejahteralah dalam rumah ini.’ 10:6 Kalau di situ ada orang yang suka damai, salam damaimu itu akan tetap padanya; kalau tidak, tariklah kembali salam damaimu itu. 10:7 Tinggallah di satu rumah saja. Terimalah apa yang dihidangkan di situ kepadamu, sebab orang yang bekerja berhak menerima upahnya. Jangan berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah yang lain. 10:8 Apabila kalian datang ke sebuah kota dan di sana kalian disambut dengan baik, makanlah apa yang dihidangkan di situ kepadamu. 10:9 Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di kota itu, dan beritakanlah kepada orang-orang di situ, ‘Allah segera akan mulai memerintah sebagai Raja di tengah-tengah kalian.’

Refleksi: Perutusan Yesus puluhan ribu tahun lalu untuk murid-murid-Nya adalah juga representasi perutusan kita di dunia. Ketika Yesus mengirimkan para murid-Nya untuk berjalan berdua-dua ke tempat misi, Dia memberikan kepada mereka sebuah visi, sebuah cara pandang yang luas bahwa lahan yang besar sudah siap untuk dituai. Lahan yang besar itu adalah dunia tempat para murid-Nya berkarya. Lahan yang besar itu adalah dunia tempat kita hidup sekarang. Kita semua diutus Tuhan untuk menjadi penabur kebaikan dan kasih kepada sesama. Kita semua dipanggil untuk menyemaikan benih-benih sabda-Nya di hati orang lain dengan karya dan perbuatan kita, dengan perkataan dan kesaksian hidup kita. Kita semua dia undang untuk menjadi bentara kasih-Nya untuk memanen buah-buah kasih yang sudah kita semaikan dalam hati dan kehidupan sesama dalam semangat pelayanan Kristus.

Sabda Tuhan itu bertumbuh bagaikan benih dalam hati dan dalam kehidupan kita. Semoga kita membiarkan benih sabda itu berkecambah dalam hati kita. Semoga kita rajin menyemaikan sabda itu dalam hidup kita, melaksanankannya dengan setia dan bertanggung jawab dan membagikan buah-buah sabda itu kepada keluarga dan sahabat-sahabat kita. Betapa Tuhan mencintai kita semua lewat Putera-Nya Yesus Kristus sehingga Ia serahkan Putera satu-satu-Nya itu sehingga siapapun yang percaya kepada-Nya dan berserah sepenuh kepada-Nya serta hidup menurut teladan-Nya tidak akan binasa tetapi memperoleh hidup yang kekal.

Undangan untuk menjadi bentara dan peneladan Sabda Tuhan itu adalah undangan yang terus bergema sepanjang zaman. Undangan itu terus bergetar dalam sanubari setiap hati yang terbuka dan terketuk untuk mengikuti Kristus. Anda dan saya pun turut terpanggil bersama sekian banyak sahabat-sahabat Kristus lainnya, para santo/a dan para martir. Kita bukan santo atau martir tetapi kita pun dipanggil untuk meneladani mereka sambil menatap pada Kristus, contoh dari setiap contoh, teladan dari setiap teladan kasih yang sesungguhnya. Tuhan memanggil kita karena Dia percaya bahwa kita bisa. Guru saya pernah bilang: Tuhan bukan memanggil orang-orang yang mampu tetapi ia memampukan orang-orang yang Dia panggil. Jangan kecil hati. Tuhan memampukan dan menguatkan kita. Amin.

Translate »