Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

TIDAK RAGU UNTUK MENERIMA KRISTUS

Posted by admin on December 19, 2022
Posted in renungan 

Senin, 19 Desember 2022



Lukas 1:5-25

Zhakaria seorang imam Yahudi bersama istrinya Elisabet, mendapat kepercayaan dari Allah untuk menjadi orang tua dari Yohanes Pembaptis. Sekalipun mereka sudah usia tua, dan istrinya juga mandul, namun karena kuasa Allah mereka menerima anugerah seorang anak yang menjadi Nabi yang diutus Allah mendahului Mesias/Sang Juru Selamat untuk mempersiapan jalan bagi Tuhan. “Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.” (Luk 1:16-17).

Dengan demikian, tidak ada yang mustahil bagi Allah. Jika Dia menghendaki, maka semuanya akan terjadi sesuai dengan rencana Allah. Kedatangan Yesus Kristus, Sang juru selamat dunia sudah direncanakan oleh Allah. Sebelum kedatangan-Nya, Allah telah mengutus para nabi untuk memberitakan dan menuliskannya di dalam Kitab Suci. “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”(Yesaya 7:14).

Oleh karena itu, setiap orang tidak perlu ragu untuk menyambut Yesus Kristus Sang Imanuel dan percaya kepada-Nya, karena kedatangan-Nya untuk menyelamatkan umat manusia telah sesuai dengan janji Allah sendiri.  Kini yang diperlukan bagi semua orang yang mengenal Kristus adalah bagaimana iman akan Yesus Kristus semakin berakar, sehingga mampu menopang hidupnya, dan bisa berjalan seturut dengan kehendak Allah sebagai murid-murid Kristus dan cahaya dunia di tengah-tengan kehidupan. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”(Mat 5:16).

Didik, CM

To Name God

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on December 18, 2022
Posted in renungan  | Tagged With: , ,

4th Sunday of Advent [A]
December 18, 2022
Matthew 1:18-24

To name and to have a name is unique to human beings. To name someone or something is not just a sign of intellectual capacity, but it is also an exercise of authority. When you name someone, in certain way, the person is under your influence. When someone calls our names, immediately and automatically, our attention is drawn to the caller. Surely, we have the choice to set aside this call, but the closer that person to us, the harder it gets to ignore the call. When my mother calls me, my body instinctively moves towards her and listen to what she has to say. That’s how powerful my mother is!

The power of naming belongs primarily to God. In the story of creation, when God named something, it came to existence. When He said, ‘light’, the light came to being. Since God named all creations and brought them into existence, He has the absolute authority over all creatures. Yet, in His providence, God shared this power of naming to men and women. As the authority was shared to humans, they also possessed authority over other creatures.

However, this power is not absolute. Human persons cannot name something beyond them, like angels and surely, God Himself. Thus, to name God is one of the most elusive things in the Old Testament. The patriarchs, Abraham, Isaac, and Jacob have attempted to ask His name, but they failed. The closest one is Moses when he asked the name of the Lord in Sinai, and the Lord answered, “I am who I am” (Exo 3:14). It is like saying, ‘none of your business’. God Himself put as a second commandment, “You shall not take My name in vain.” (see Exo 20). Thus, when the Israelites read the Bible and discovered the holy name of God ‘יהוה’, they would prefer to pronounce ‘Adonai’ (my Lord) or ‘ha-Sem’ (the name). Even, the pronunciation ‘Yahweh’ is an interpretation.

However, as we begin the story of the New Testament, something unexpectedly happened. Joseph and Mary were given the authority to name not just any creature, not just any man, not just any baby. They were to name God-become-flesh, the Creator Himself. They shall name Him Jesus, because ‘He will save His people’. Indeed, the name Jesus is related to the Hebrew word, “יְשׁוּעָה” (roughly: yesuah), meaning ‘salvation or victory’.

The naming of Jesus becomes the breakthrough between God and humans. God does not only want men and women to participate in the work of creation and the authority over lower creatures, but God wishes that we take part in the work of salvation. The former is at the natural level, but the latter is supernatural. As God shared to Joseph and Mary the task to name Jesus, our salvation, so also, Jesus shared to His Church is to name the grace that brings redemption.

When a man and a woman promise fidelity and totality to each other in the name of the Lord, God himself binds them until death, and grace of holiness flows in their marriage and family. When a priest offers the mass, and says the words of consecration, the bread and the wine become the real body and blood of Jesus, and God is truly present among us (Emmanuel). When a priest pronounces the words of absolution, and the penitent is truly asking God’s mercy, the forgiveness of sin takes place. When parents bless their children in the name of the Lord, God’s blessing remains with the children.

Rome
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

SANG IMANUEL

Posted by admin on December 17, 2022
Posted in renungan 

Sabtu, 17 Desember 2022



Matius 1:1-17

Allah berinkarnasi  menjadi manusia dalam Diri Yesus Kristus. Hal itu berarti Allah berkenan turun ke dunia masuk dalam sejarah umat manusia, lahir sebagai manusia, untuk menjumpai umat-Nya dan menghantar mereka pada keselamatan. “Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus”(Mat 1:17). Dengan demikian Allah hadir untuk menyertai manusia dan memberikan jalan bagi mereka bagaimana caranya agar sampai kepada-Nya dan menerima keselamatan. “Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”(Yoh 14:6).

Oleh karena itu, Yesus Kristus adalah Sang Imanuel; Allah beserta kita, karena Dia  nyata telah hadir dalam sejarah umat manusia dan peduli dengan penderitaan mereka. “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita.”(Mat 1:23). Dengan demikian kehadiran-Nya membawa harapan dan keselamatan bagi semua manusia yang terbelenggu dengan dosa-dosa mereka. Yesus Kristus telah membebaskan manusia dari belenggu dosa dengan pengorbanan di atas kayu Salib. “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya.”(Efesus 1:7). 

Sebagai manusia yang telah dibebaskan dari bahaya dosa/maut, apakah masing-masing dari mereka menyadari akan besarnya kasih Allah dalam diri Kristus? Berbahagialah mereka yang percaya kepada Yesus Kristus, karena dengan cara itu mereka diselamatkan. “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”(Luk 7:23).

Didik, CM 

DENGAN RENDAH HATI

Posted by admin on December 15, 2022
Posted in renungan 

Jumat, 16 Desember 2022



Yohanes 5 :33-36

Yohanes diutus datang untuk menyiapkan umat menyambut kedatangan Tuhan Yesus, namun banyak orang yang menolak kesaksian Yohanes pembaptis. “Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu.”( Yoh 5:35). Oleh karena itu, untuk bisa percaya kepada Yesus tidak cukup mendengar dari orang lain, namun perlu secara langsung merenungkan Sabda-Nya dan melihat apa yang telah dilakukan Yesus sendiri. “Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.”(Yoh 5:36).

Dengan demikian ketika seseorang dengan tulus dan akal sehatnya melihat dan merenungkan semua karya baik yang telah dilakukan Yesus Kristus tentu orang tersebut tidak akan menolak-Nya, melainkan percaya dan mengikuti Yesus.  “Dan Yesus menjawab mereka: “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”(Luk 7:22-23).

Persolan yang sering muncul adalah dalam diri manusia yang masih ragu untuk percaya kepada Kristus. Keraguan tersebut bersumber dari ketidakmampuan melepaskan pemikiran yang mereka pegang tentang Mesias. Dengan demikian diperlukan kerendahan hati agar seseorang bisa percaya dan menjalani hidupnya dengan damai bersama dengan Tuhan Yesus dan menerima keselamatan dari-Nya. “Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.”(Mzm 149 :4).

Didik, CM 

KEPUTUSAN DAN RENCANA ALLAH

Posted by admin on December 15, 2022
Posted in renungan 

Kamis, 15 Desember 2022



Lukas 7:24-30

Yesus menyatakan bahwa Yohanes diutus Allah untuk mendahului- Nya, untuk menyiapkan jalan, untuk mempersiapkan umat dalam menyambut kedatangan Sang Juru Selamat. “Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.”(Luk 7:27). Oleh karena itu Yohanes mengajak semua orang untuk mengarahkan padangannya kepada Allah yang berbelas kasih. Ketika seseorang me-yakini akan Allah yang penuh belaskasih, maka semua orang dibawa dalam pertobatan ; kembali dan percaya kepada Allah  dengan mau dibaptis dan mau menerima kehadiran-Nya di dalam diri Yesus Kristus.
“Seluruh orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes.”(Luk 7:29).

Dengan demikian menjadi nyata bahwa kedatangan Tuhan Yesus Kristus bukan sesuatu yang kebetulan atau tiba-tiba muncul, namun semua sudah direncanakan dan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah, serta yang telah sesuai dengan janji Allah kepada bangsa Israel. “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”(Yes 7:14).

Oleh karena itu, rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia melalui Putera-Nya Yesus Kristus, merupakan keputusan yang matang yang didasarkan pada kasih Allah yang tanpa batas. Dalam Kristus, Allah menyatakan siapa Diri-Nya, yaitu Allah yang berbelas kasih dan Allah yang membela martabat dan memulihkan kembali martabat manusia yang telah dirusak oleh dosa dan kesombongan manusia. Dengan demikian berbahagialah mereka yang mengerti dan percaya kepada-Nya. “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”(Luk 7:23).

Didik, CM 

Translate »