Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

The Resurrection and Our Faith

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on April 8, 2023
Posted in renungan  | Tagged With: , ,

Easter Sunday [A]

April 9, 2023

John 20:1-9

Easter Sunday is the summit of the Holy Week. Jesus’ triumph over death is the culmination of the drama of salvation. The resurrection is the foundation of our faith. Why then is Jesus’ resurrection foundational to our belief and our religion?

St. Paul gives us the answer, “and if Christ has not been raised, your faith is vain; you are still in your sins (1 Cor 15:17).” Had not Jesus risen from the dead, all what He had said, would have been a terrible lie. His claim to divinity would have been nothing but a blasphemy. His promise to save us from the slavery of sins would have been an empty words. His prophecy that he would rise on the third day would have been an delusion. He could have been nothing but an unfortunate man who suffered on the cross. 

However, Jesus rose from the dead! All what He said is true and fulfilled. He is truly a divine Messiah who redeemed His people from the bondage of sins. He is the fulfillment of the Old Testament’s prophecies. All His teachings and commandments have a divine origin and are binding universally and eternally. His Church that He founded upon the apostles is real and becomes a means to bring people to holiness.

This is why we are rejoicing. In Easter Sunday, we know with certainty that our faith is not empty. Our God is a true God. Our Church is truly divinely instituted. Our religion is surely not a false religion. We have definitely been redeemed.

This is year’s Holy Week, I am privileged to visit the city of Turin, northern Italy. This city is not only famous for its beauty but also for its precious relic, the Shroud of Turin. The Shroud is believed to be the burial cloth of Jesus Christ Himself. What is unique about this shroud is that it preserves the negative image of Jesus’ body. It is considered miraculous because the technology of negative imaging is relatively new, and ancient people had no possible way to produce it. Thus, it is suggested that the image was created during the event of resurrection. As Jesus resurrected, His glorious body emitted extraordinary light, and as a consequence, a negative copy of Jesus’ body was produced. The Church has not made any definitive pronouncement on the Shroud of Turin, except that is an object of religious devotion. However, if the shroud is authentic, then it is the physical evidence of  Jesus’ resurrection.

However, though we have been redeemed, it does not mean that we can slack off. We must remember also that His resurrection proves to us that His teachings and commandments possess divine authority and thus, they are binding us universally and eternally. If we are not living according to His words, then we will bear the consequences eternally. If He commands us to love another as He has loved us, then we have to take this seriously. If Jesus teaches us to forgive our enemies, we do not have much option, but to do our best to forgive. If Jesus reveals that marriage cannot be dissolved, then we have to do our best to prepare our marriages into a school of love and holiness, and to support them in times of trials and temptations. 

Easter is a great time to rejoice because the Lord has truly risen, and the same time, the best time to convert our great joy into enthusiasm to become a better and holier disciples of Jesus.

Blessed Easter!

Turino

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

SIAPAKAH YANG AKAN DITINGGIKAN?

Posted by admin on April 2, 2023
Posted in renungan 

Senin, 3 April 2023



Yohanes 12:1-11

Ketika Maria, saudari Lazarus dan Marta, sedang meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu murni yang sangat mahal, dan menyeka dengan rambutnya, Dia tidak melarang Maria, namun dengan senang hati mengijinkannya untuk melakukan hal itu. “Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.”(Yoh 12:3). Mengapa Yesus menyambut baik apa yang dilakukan Maria, walaupun dimata orang lain seperti Yudas Iskariot, hal itu dipandang sebagai tindakan yang aneh, boros, dan sia-sia? “Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” (Yoh 12:5).

Sikap Yesus berbeda dengan Yudas Iskariot yang tampak manis dan bijak, namun hanya dimulutnya saja. Yesus melihat apa yang ada di dalam hati Maria. Sebab Tuhan tahu isi hati Maria yang tulus dan yang mengungkapkan kasihnya kepada Tuhan Yesus karena ia telah merasakan begitu besar kasih-Nya kepada Maria dan keluarganya, yang telah menghidupkan kembali Lazarus yang telah mati. “Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.”(Yoh 12:1).

Dengan demikian, dihadapan Allah yang terpenting adalah hati yang  penuh syukur, rendah hati, penuh kasih, dan tulus. “Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” ( 1 Samuel 16: 7). Oleh karena itu, jika seseorang melakukan suatu tindakan dengan tulus hati dan dipersembahkan semua untuk kemulian Allah maka , Dia akan mengangatnya dan menganugerahkan Kasih-Nya. Sebaliknya jika seseorang  sekalipun pandai berkata-kata bijak, namun hatinya penuh dengki, iri dan sombong, maka mereka akan direndahkan dihadapan Allah. “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”(Luk 14:11).

Didik, CM 

Mengapa Daun Palma

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on April 2, 2023
Posted in renungan  | Tagged With: ,

Minggu Palma Mengenangkan Sengsara Tuhan
2 April 2023
Matius 21:1-11

Minggu Palma menandakan dimulainya pekan suci dalam liturgi Gereja. Pada saat yang sama, perayaan liturgi pada hari Minggu ini merupakan salah satu yang paling unik di antara hari Minggu lainnya. Hari ini dinamakan ‘Minggu Palma Mengenangkan Sengsara Tuhan’ karena ada dua bacaan Injil yang berbeda: Yesus yang memasuki kota Yerusalem dan Kisah Sengsara dari Injil Sinoptik (Matius, Markus, atau Lukas, tergantung pada tahun liturgi). Namun, jika kita membaca Injil Matius ini dengan cermat, kita tidak akan menemukan kata ‘palma’. Jadi, di manakah kita dapat menemukan kata ‘Palma’?

Sebelum kita menjawab pertanyaan ini, saya akan berbagi sedikit pengalaman pribadi saya dengan Minggu Palma. Pengalaman pertama saya dengan kegiatan kudus ini tentu saja di Indonesia, secara khusus di Jawa. Umat akan membawa daun palma ke Gereja untuk diberkati dan kemudian dibawa pulang untuk diletakkan pada salib. Jenis daun yang biasa digunakan adalah dari palem bambu. Dulu saya percaya bahwa ini adalah satu-satunya jenis ranting dan daun yang digunakan Gereja di seluruh dunia. Namun, ketika saya datang ke Filipina untuk pendidikan imamat, saya menemukan bahwa orang Filipina menggunakan daun pohon kelapa. Kemudian, ketika saya datang ke Roma, saya menemukan bahwa umat beriman menggunakan jenis ranting yang berbeda-beda!

Kembali ke pertanyaan kita, ‘di mana kita menemukan palma dalam Injil?’ Jawabannya adalah tidak dalam Injil Sinoptik, tetapi dalam Injil Yohanes (lihat Yoh 12:13). Namun, meskipun bacaan Injil hari ini tidak menyebutkan kata “palma,” kemungkinan besar banyak orang di Yerusalem yang menggunakan ranting-ranting palma karena pohon kurma (juga termasuk jenis pohon palma) berlimpah di daerah tersebut. Namun, pertanyaan yang paling penting adalah ‘mengapa kita menggunakan ranting dan daun pohon palma?’

Dalam Perjanjian Lama, Mazmur 118:25-27 menggambarkan bagaimana orang-orang menyambut Mesias dengan arak-arakan ranting-ranting pohon saat Dia memasuki Yerusalem. Demikian pula dalam 1 Makabe 13:51, orang-orang Yerusalem memasuki benteng dengan ranting-ranting pohon palma setelah musuh-musuh mereka diusir. Kisah-kisah ini menggambarkan bahwa ranting-ranting pohon, terutama palma, adalah simbol kedatangan Mesias dan kemenangan-Nya.

Namun, jika kita melihat dari sudut pandang yang lebih luas, kehadiran ranting-ranting pohon dalam peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem menjadi simbol akan misi keselamatan-Nya. Pada mulanya, Adam dan Hawa tinggal di taman di mana berbagai macam tanaman dan pohon tumbuh. Dosa dan ketidaktaatan mereka yang pertama adalah memakan buah dari sebuah pohon. Sekarang, dalam penebusan-Nya, Yesus membalikkan kutukan itu. Sengsara-Nya dimulai di taman Getsemani. Tindakan kasih dan ketaatan-Nya yang terakhir juga melibatkan pohon (kayu salib).

Saat kita memegang dahan palma, semoga ini tidak menjadi ritual tahunan untuk pamer. Palma mengingatkan kita akan komitmen kita untuk berpartisipasi dalam misi penebusan Yesus, untuk berjalan ke dalam sengsara-Nya, dan memikul salib kita masing-masing bersama-Nya. Hal ini tidak pernah mudah, tetapi kita tidak pernah sendirian dan pahala yang akan kita terima tidak dapat kita bayangkan. Semoga kita juga terinspirasi oleh saudara-saudari kita yang memilih untuk mati bagi Kristus, dan bukannya hidup menyangkal Dia. Para martir ini telah berjuang dalam pertandingan yang baik, telah sampai pada garis akhir, dan telah memelihara iman (lih 2 Tim. 4:7). Sekarang, mereka telah menerima daun-daun palma sebagai tanda kemenangan mereka (lihat Why. 7:9)!

Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Why Palm

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on April 1, 2023
Posted in renungan  | Tagged With: , ,

Palm Sunday of the Lord’s Passion

April 2, 2023

Matthew 21:1-11

Palm Sunday signals the beginning of the most sacred week in the liturgy of the Church. At the same time, the liturgical celebration of this Sunday is one of the most unique among the other Sundays. The day is named Palm Sunday of the Lord’s Passion because it includes two different Gospel readings: the triumphant entrance of Jesus to Jerusalem and the Passion Narrative from the Synoptic Gospels (Matthew, Mark, or Luke, depending on the liturgical year). However, if we carefully read today’s Gospel, we will not find the word ‘palm’. So, where do we find ‘Palm’?

Before we answer this question, I will share a little of my personal experience with Palm Sunday. My first experience with this solemn event is surely in my own country Indonesia. There, people will bring palm branches to the Church to be blessed and later, we bring these home to be placed on our crucifixes. The type of branches commonly used are from areca palms or bamboo palms. I used to believe that this is the only type branch the Church uses worldwide. Yet, when I come to the Philippines for my priestly formation, I discover that the Filipinos make use of coconut palm branches. Then, when I come to Rome, I find out that the faithful are using different kind of branches!

Going back to our question, ‘where do we find palm in the gospel?’ The answer is that not in the synoptic gospels but in the Gospel of John (see John 12:13). However, while today’s Gospel reading does not mention the word “palm,” it is likely that many people in Jerusalem used palm branches because date palm trees were abundant in the area. Yet, the most important question remains ‘why do we use palm branches?’

In the Old Testament, Psalm 118:25-27 describes how people would welcome the Messiah with a procession of branches when he entered Jerusalem. Similarly, in 1 Maccabees 13:51, people of Jerusalem entered the citadel with palm branches after their enemies were driven out. These stories illustrate that tree branches, especially palm, are symbols of the coming of the Messiah and his victory.

However, if we see from a bigger perspective, the presence of branches in Jesus’ entry to Jerusalem becomes a powerful symbol of His mission of salvation. In the beginning, Adam and Eve lived in the garden where various plants grew. Their first sin and disobedience involved the tree. Now, in His redemption reverses the curse. His Passion begins in the garden of Gethsemane. His final act of love and obedience involve the tree of the cross.

As we are holding our palm branches, may it not become a meaningless annual ritual. They remind us on our commitment to participate in mission of Jesus’ redemption, to walk into His Passion, and to carry our own crosses with Him. It is never easy, but we are never alone and the reward is beyond our imagination. May we be inspired also by our brothers and sisters who chose to die for Christ, rather live denying Him. These martyrs have fought a good fight, have finished the race, and have kept the faith (see 2 Tim 4:7).  Now, they have received the palm branches as the sign of their victory (see Rev 7:9)!

Rome

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

DEKAT DENGAN ALLAH

Posted by admin on April 1, 2023
Posted in renungan 

Sabtu, 1 April 2023



Yohanes 11:45-56

Kedatangan Yesus ke dunia membawa harapan, keselamatan, dan menghadirkan Kerajaan Allah. Cara Yesus menghadirkan Kerajaan Allah adalah dengan berbelas kasih kepada manusia dan menegakkan kebenaran. Yesus juga menujukkan kuasa-Nya yang datang dari Allah dengan banyak mengadakan mujizat, supaya semua orang bisa percaya bahwa Dia adalah Mesias. Akan tetapi ternyata tidak semua orang bisa percaya, sebagian orang tidak percaya dan menolak-Nya, yaitu para ahli Taurat, imam-imam Kepala, dan para orang Farisi.  “Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu.”(Yoh 11:45-46).

Dengan demikian, kebaikan dan kasih yang telah diberikan oleh Yesus kepada manusia, ternyata tidak bisa mengubah hati untuk sebagian manusia, dan yang menolak-Nya justru mereka yang memiliki pengetahuan tinggi dalam Theologi (Ilmu tetang Tuhan), terdidik, dan terpandang dalam masyarakat, yaitu orang-orang Farisi, ahli Taurat, dan imam-imam kepala Yahudi. “Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat.”(Yoh 11:47).

Oleh karena itu, menjadi murid atau pengikut Kristus adalah orang-orang yang berani bersikap rendah hati dan tidak bermegah dengan dirinya sendiri dengan segala apa yang dimiliki. “Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.”(Mzm 149:4). Dengan demikian orang yang rendah hati adalah orang yang bisa dekat dengan Allah, dan jika seseorang dekat dengan Allah berarti dekat juga dengan keselamatan dan kedamaian. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”(Yoh 14:27).

Didik, CM 

Translate »