Rabu, 27 September 2017
Peringatan Wajib St. Vinsensius a Paulo
[Ezr. 9:5-9; MT Tob. 13:2,3-4a,4bcd,5,8; Luk. 9:1-6]
MENJADI ‘SANG PEMBAWA PESAN’
Salah satu aplikasi favorit saya waktu tugas perutusan di Jakarta adalah salah satu aplikasi ‘ojek online’. Awalnya perusahaan ‘ojek online’ ini adalah alat transportasi berbasis online, namun seiring berjalannya waktu, bukan hanya sekedar melayani ‘ojek’ alias alat transportasi, namun keperluan lain, misalnya: memesan makanan, mengirim barang, membeli pulsa, membeli kebutuhan sehari-hari, bahkan memanggil tukang untuk membersihkan rumah atau memanggil tukang pijat untuk memijat kita. Seolah-olah dalam satu aplikasi, segala hal bisa dilakukan. Selain sebagai alat transportasi, yang paling sering saya gunakan adalah untuk mengirim barang. Barang apapun, dan sejauh saya memakai, pelayanannya juga cukup memuaskan: barang cepat sampai dan tepat pada tujuan, serta biaya yang murah. Tentu ini sebuah keuntungan yang maksimal, bagi pelanggan namun juga yakin bagi perusahaan ojek online itu sendiri. Namun, secara singkat, dapat disimpulkan bahwa aspek penting ketika mengirim sebuah barang adalah barang itu sendiri, dan orang atau pihak yang mengirim barang, yang akan menentukan barang itu akan sampai atau tidak.
Barangkali, inilah gambaran yang bisa kita dapatkan kalau mencermati bacaan hari ini ketika Yesus mengutus murid-murid untuk berkeliling dari desa ke desa untuk memberitakan Kerajaan Allah. Kabar sukacita tentang Kerajaan Allah diwartakan sampai ke ujung dunia. Seorang pewarta kabar sukacita, atau ‘sang pembawa pesan’, tentu tidak akan duduk diam begitu saja, namun akan proaktif untuk melakukan segalanya demi tersebarnya warta kabar sukacita itu kepada setiap orang. Namun, selain ‘sang pembawa pesan’, hal yang paling menentukan adalah isi pesan itu sendiri. Kalau memang itu sesuatu yang sangat penting, tentu saja ‘sang pembawa pesan’ akan sekuat tenaga menyampaikan kepada siapa saja orang yang pantas menerimanya. Kita semua, seperti para murid yang diutus, adalah ‘sang pembawa pesan’ yang berkewajiban membawa kabar sukacita Kerajaan Allah kemana pun kita diutus. Kadang, kita sendiri justru tidak yakin akan isi pesan yang hendak disampaikan. Maka, setiap harinya, dengan bantuan rahmat Allah sendiri, kita juga berusaha untuk terus meyakinkan diri tentang isi pesan kabar sukacita Kerajaan Allah, sehingga kita dipantaskan dan dimampukan menjadi ‘sang pembawa pesan’.
Selamat pagi, selamat menjadi ‘sang pembawa pesan’. GBU.