Jumat, 22 Juni 2018

Hari Biasa XI

Bacaan I 2Raj 11: 1-4. 9-18. 20

Bacaan Injil Matius 6: 19-23

Menanam Harta Surgawi

“Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”. Dari ajaran Yesus itu mari kita merenungkan tentang kepemilikan atas suatu harta. Setiap dari kita tentu memiliki harta yang tak hanya diukur melalui hitungan ekonomis. Ada sebutan bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga; ada petuah yang mengatakan sikap dan perbuatan adalah harta termahal bagi seorang pemimpin. Maka, ketika Yesus mengajar murid-muridNya dengan analogi tentang harta, semua orang pasti akan memahami. Yesus mengajak kita untuk mengumpulkan harta surgawi di dalam perjalanan hidup kita yang sedang berada di dunia ini. Bahwa harta yang dimaksud Yesus bukan lagi berkaitan dengan kepemilikan atas suatu benda atau hal-hal fisik, melainkan pada jaminan hidup abadi bersama Bapa kelak. Setiap harta yang kita miliki tentu menjadi berharga karena memberi jaminan tertentu kepada kita.

Cara untuk mendapatkan harta surgawi itu membutuhkan perjuangan kesetiaan pada ajaran Yesus. Apa yang kita lakukan dalam kehidupan ini, akan memengaruhi suasana hidup kita kelak. Maka, tidak dapat kita tolak bahwa sekarang adalah waktu bagi kita untuk mengumpulkan pundi-pundi harta surgawi. Hidup kita ibarat investasi untuk jaminan di hari kemudian. Apa yang kita tuai adalah apa yang kita tanam. Jika kita menanam kebaikan, tentu kebaikan pula yang akan kita tuai. Yesus telah menanamkan warta keselamatan kepada manusia melalui hidup, karya, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Semasa hidup, Yesus bukanlah orang yang gemar mengumpulkan harta duniawi, tapi toh masih mampu mencukupkan kebutuhan hidup sehari-hari. Keseluruhan sejarah hidup Yesus merupakan investasi yang berharga bukan hanya untuk Yesus sendiri, tetapi bisa dinikmati oleh orang lain, bahkan tetap lestari sampai sekarang. Orang kecil, tersingkir dan miskin dianggap oleh Yesus sebagai harta-Nya. Menyembuhkan orang sakit, berbelas-kasih pada yang menderita dan taat pada Bapa adalah cara Yesus untuk mengumpulkan harta surgawi dalam kehidupan-Nya di dunia.

Kita diajak untuk menjadi pribadi seperti Yesus yang melihat jauh ke depan, yakni hidup bersama Bapa kelak. Sekaranglah saatnya kita berinvestasi demi mendapatkan jaminan hidup abadi bersama Bapa. Yakinlah bahwa selalu ada kesempatan untuk menanam kebaikan dan harta surgawi. Pertanyaan untuk kita renungkan: seberapa banyak kita telah mengumpulkan harta surgawi itu? Apakah kira-kira harta surgawi yang kita kumpulkan itu sudah cukup banyak untuk bisa dinikmati oleh orang lain?