Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

2 OKTOBER 2025 – PW PARA MALAIKAT PELINDUNG

Posted by admin on October 1, 2025
Posted in renungan 

MAT 18:1-5.10

Hari ini Gereja Katolik merakan Pesta Para Malaikat Pelindung. Pesta ini untuk menghormati dan merayakan para malaikat yang ditugaskan oleh Tuhan untuk menjaga dan melindungi setiap pribadi manusia. Para malaikat menyampaikan pesan-pesan dari Tuhan, melindungi dan menyelamatkan manusia dari mara bahaya.  Paus Paulus V menambahkan pesta para malaikat pelindung ke dalam penanggalan liturgi para kudus dan pesta gerejani.

Di dalam kisah Injil, Yesus menunjukkan bahwa ada malaikat pelindung bagi setiap pribadi, termasuk anak-anak kecil. Yesus berkata,”Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Sebab Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga” (Mat. 18:10). Hidup kita selalu ada dalam penjagaan dan perlindungan para malaikat utusan Tuhan. Tidak ada satupun manusia yang lepas dari perlindungan. Setiap pribadi adalah milik Tuhan. Apabila setiap pribadi manusia menyadari hal ini, maka ia tidak akan berbuat jahat terhadap saudaranya sesama manusia.

Yesus menghendaki agar setiap orang berani melayani seperti contoh teladan para malaikat. Para malaikat yang selalu setia melayani Tuhan untuk menjaga setiap pribadi yang dicintai-Nya. Yesus mengingatkan para murid pentingnya pertobatan sebagai jalan pelayanan. Pertobatan membuat setiap pribadi sadar kerapuhan dan kelemahannya, dan selanjutnya mau bergabung bersama Allah yang mengasihinya untuk melakukan karya pelayanan cintakasih.  

Kebesaran dan kebanggaan seseorang bukanlah tentang kuasa dan jabatan. Kuasa dan jabatan bisa membuat orang berkarya lebih baik bagi Tuhan dan sesama. Namun disisi lain apabila tidak disadari, bisa menjerumuskan orang ke dalam jurang kejahatan. Kerajaan Sorga memberikan ruang dan waktu bagi setiap orang yang bertobat dan bersikap rendah hati. Kerajaan Sorga memberikan ruang dan waktu bagi setiap pribadi dari berbagai kalangan status sosial. Kerajaan Sorga terbuka bagi siapapun yang berkehendak baik.

Hari ini kita belajar kerendahan hati dari sikap anak kecil yang selalu bergantung dan percaya penuh pada Allah. Kita juga belajar setia seperti para malaikat yang melayani Allah untuk keselamatan manusia.

Santo Bernardus mengaungkapkan pengalaman imannya tentang malaikat pelindung,” “Demikianlah para malaikat itu berada di sini; mereka ada di sampingmu; mereka ada bersamamu, mereka ada bagi kamu. Mereka ada di sini untuk melindungimu serta melayanimu. Dan meskipun Tuhan-lah yang telah menugaskan mereka untuk tugas-tugas itu, kita tetap harus berterima kasih kepada mereka oleh karena kasih mereka yang besar sehingga mereka taat serta datang untuk menolong kita pada saat kita membutuhkan pertolongan.”

Mari kita sadari kehadiran malaikat pelindung di dalam hidup. Kita berdoa mohon perlindungannya, agar boleh setia dalam iman kepada Allah dan tetap rendah hati sampai akhir hidup. Malaikat pelindung yang diutus Allah lindungilah dan jagalah kami di sepanjang perjalanan hidup. (rm. Medyanto, o.carm)

Pertobatan mengkondisikan diri masuk surga

Posted by admin on September 30, 2025
Posted in renungan 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Peringatan St. Theresia dari Lisieux

Posted by admin on September 30, 2025
Posted in Podcast 

Lukas 9:57–62 | Peringatan St. Theresia dari Lisieux – 1 Oktober

Rm Agung Wahyudianto O.Carm

Injil hari ini membongkar semangat ikut Tuhan yang terlalu romantis. Orang-orang datang kepada Yesus dengan niat yang tampaknya mulia—ingin mengikuti-Nya, bahkan rela meninggalkan segalanya. Tapi Yesus tidak menjawab dengan kata-kata manis. Ia justru menunjukkan kerasnya jalan itu: tidak ada tempat untuk bersandar, tidak ada jaminan kenyamanan, tidak ada ruang untuk menoleh ke belakang.

Dan di sinilah St. Theresia dari Lisieux menjadi contoh luar biasa—bukan karena ia mengalami banyak penghiburan rohani, tapi justru karena ia tetap setia ketika tak merasakan apa-apa. Ia mengalami masa-masa gelap dalam batin, di mana doa terasa kering, Tuhan seolah jauh, dan hidup biara penuh keterbatasan. Tapi ia tidak pergi. Ia tidak mengeluh. Ia taat, dalam diam.

Dalam dunia yang menyukai emosi positif, spiritualitas sering dikaitkan dengan rasa damai, sukacita, dan penghiburan. Tapi Injil hari ini dan hidup Theresia mengingatkan kita bahwa mengikuti Tuhan bukan soal merasa baik, tapi soal tetap hadir—meski tidak melihat terang. Kadang, cinta sejati justru lahir bukan dari perasaan, tapi dari keteguhan hati yang tetap mencintai dalam malam iman.

Theresia pernah menulis:

“Aku tidak melihat apa-apa, aku tidak merasakan apa-apa. Tapi aku percaya. Dan aku mencintai.”

Hari ini, mari kita bertanya dalam diam:

Apakah aku tetap setia kepada Tuhan ketika doa terasa kosong?

Apakah aku berani mencintai tanpa perlu merasa kuat atau bahagia?

Karena mungkin, ketaatan tanpa romantisme adalah bentuk iman paling jujur—dan paling menyentuh hati Tuhan.

Setia selalu dalam berbuat baik

Posted by admin on September 29, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Kasih dan Pengampunan

Posted by admin on September 29, 2025
Posted in renungan 

RP Hugo Yakobus Susdiyanto O.Carm

Lukas 9:51-56

Pw, St. Hieronimus

Selasa, 30 September 2025

Ada sebuah ungkapan Jawa, “Sugih tanpa bondho, digdoyo tanpa aji, nglurug tanpa bolo, menang tanpa ngasorake”. Sugih tanpa bondho artinya merasa kaya tanpa harta, ketika orang kaya hati dan pikiran. Digdoyo tanpa aji artinya digdaya tanpa kesaktian. Dengan hati dan pikiran baik, secara tidak langsung membentuk perilaku yang baik. Dampaknya meski tanpa kesaktian, orang lain akan menghargai dan segan. Sedangkan “nglurug tanpa bolo”, melawan tanpa kawan, berarti melawan diri sendiri, egoisme. Dan “menang tanpa ngasorake”, menang tanpa merendahkan. Ketika seseorang memiliki hati dan pikiran yang baik, berperilaku baik, tidak egois. Maka orang lain akan menaruh hormat.

Misi Yesus ke dunia adalah melaksanakan karya penyelamatan bukan dengan kekerasan atau senjata, melainkan dengan kasih-Nya. Perjalanan-Nya ke Yerusalem adalah untuk melaksanakan misi kasih dan penyelamatan-Nya. Akan tetapi orang Samaria menolak perjalanan Yesus ke Yerusalem. Mengapa? Karena mereka mengira Yesus mau beribadah di Yerusalem. Bagi mereka tempat yang benar untuk beribadah adalah gunung Gerizim, dan bukan Yerusalem. Reaksi Yakobus dan Yohanes, “si anak-anak guntur” terhadap penolakan tersebut ingin menggunakan kekerasan yakni menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka. Namun Yesus menegur mereka. Sebab hal tersebut berlawanan dengan misi Yesus. dengan kata lain, ungkapan, “Sugih tanpa bondho, digdoyo tanpa aji, nglurug tanpa bolo, menang tanpa ngasorake” ada di dalam diri Yesus.

Teguran Yesus terhadap kedua murid-Nya memberikan pelajaran penting tentang kasih, pengampunan, dan tujuan hidup sebagai pengikut Yesus. Kita dipanggil untuk mengasihi semua orang, termasuk mereka yang mungkin menolak kita, dan untuk tetap setia pada panggilan Tuhan, apapun tantangannya. Untuk itu kita perlu semakin mendalami Yesus dan sabda-Nya yang tertulis dalam Kitab Suci. Kita perlu terus-menerus mengamalkan nasehat St. Hieronimus, “siapa yang tidak mengenal Kitab Suci, maka tidak mengenal Kristus”. Maka mari kita menjadika Kitab Suci sebagai dasar hidup kita. Dengan demikian, kasih dan pengampunan menjadi nafas kehidupan kita.

Translate »